Setiap orang pasti punya hobi. Entah apapun bentuknya. Bisa mulai dari sekedar membaca buku hingga mendaki gunung. Rasanya Anda juga punya hobi, iya kan? Tetap, rernahkah terpikirkan untuk mencoba mengubah hobi menjadi bisnis? Maksudnya untuk mendapatkan uang atau keuntungan dari apa yang biasa Anda lakukan demi kesenangan dan kepuasan saja?
Pernah?
Banyak orang yang enggan untuk melakukannya. Sesuatu yang bisa dimaklum karena tidak setiap orang hanya terfokus pada menghasilkan uang saja. Manusia juga butuh pelepasan dari tekanan sehari-hari untuk menghibur diri dan menjauh dari kegiatan rutin. Dan, mengubah hobi menjadi bisnis sendiri dianggap akan menghilangkan apa yang biasa didapat dari hobi sendiri.
Padahal, sebenarnya tidak demikian.
Pernahkah Anda berpikir apa yang dirasakan J.K. Rawlings saat menulis? Yah, saya pikir sama dengan apa yang saya rasakan. Sebuah kesenangan dan kegembiraan. Bebas berekspresi. Tetapi, bukankah ia terbukti bisa menghasilkan bisnis milyaran dollar dari apa yang suka dijalaninya, menulis.
Kim Lavine, seorang ibu rumah tangga, hobinya membuat bantal untuk microwave dan membagikannya kepada guru-guru anaknya, tetangga. Ketika suaminya kehilangan pekerjaan, ia mengubah apa yang disukainya menjadi landasan sebuah bisnis, Bantal Lavine’s Wuvit yang kemudian berkembang menghasilkan jutaan dollar bagi dirinya dan keluarga.
Kim mengubah hobi menjadi bisnis yang sangat menguntungkan.
Atau, kalau nama itu kurang akrab dengan Anda, mungkin nama Steve Wozniak lebih terkenal. Kalau tidak tahu berarti keterlaluan karena ia adalah salah satu pendiri APPLE, sebuah perusahaan produsen gadget terkemuka di dunia.
Wozniak terkenal sebagai penghobi utak atik komputer. Ketika, ia bertemu dengan Steve Jobs, ide itu dikembangkan menjadi sebuah perusahaan bisnis raksasa yang produknya membuat fans-nya rela mengantri di depan toko 2 hari 2 malam sebelum diluncurkan.
Mengapa Mengubah Hobi Menjadi Bisnis Bisa Menjadi Awal Kesuksesan?
Bukan tanpa sebab Kim Lavine bisa mendirikan bisnis berbasiskan hobinya. Ada beberapa dalam hobi yang bisa menjadi landasan bagi berdirinya bisnis, seperti :
- Passion atau gairah : Kim melakukan sesuatu yang disukainya dan hal itu tidak membuatnya merasa tidak nyaman bahkan ketika didorong oleh PHK suaminya
- Pengetahuan : tidak perlu pembelajaran karena Kim sudah mengetahui apa yang harus dilakukan karena ia menguasai berbagai teknik pembuatan barangnya sendiri
- Jaringan : guru-guru anaknya, tetangga, dan orang-orang lain yang pernah dihadiahi produknya tentunya akan menyebarkan berita dan informasi tentang hadiah bantal microwave yang diterimanya
Tiga dari 4 hal yang harus diperhatikan untuk menemukan peluang usaha yang bagus dan cocok sudah ada pada hobi yang digelutinya.
Jelas hal itu menghemat banyak waktu sehingga Kim bisa segera bergerak dan bisnisnya bisa berjalan dengan segera.
Memang, tidak langsung membuahkan hasil. Butuh waktu 2 tahun sebelum hasilnya terlihat. Dan butuh kerja keras untuk itu. Kim Lavine memasarkan sendiri produk bantal microwave-nya secara eceran dengan menggunakan truknya sebelum kemudian memiliki toko dan perusahaannya.
Sebuah hal yang wajar karena bisnis juga memerlukan kerja keras dan kerja cerdas.
Tetapi, dasar yang dimilikinya dari hobinya mempercepat semua proses itu. Ia tidak perlu berpikir tentang apa yang harus dijual, atau cara memproduksinya, atau dimana membeli materialnya. Ia hanya perlu berfokus diri pada bagaimana menjualnya saja.
Dan, ia pun meraup jutaan dollar dan terus berkembang hingga saat ini.
4 Pertanyaan Yang Harus Diajukan Sebelum Mengubah Hobi Menjadi Bisnis
There is no such thing as a free lunch (Tidak ada yang namanya makan siang gratis)
Jujur saja. Kalau Anda langsung berpikir bahwa semuanya akan mudah dan tanpa resiko, berarti ada masalah dengan mentalitas Anda. Di dunia ini tidak ada sesuatu yang tanpa konsekuensi atau resiko.
Semua hal pasti ada konsekuensinya.
Begitu juga dalam hal mengubah hobi menjadi bisnis atau usaha.
Ada harga yang harus dibayar.
Orientasi dan karakter dunia hobi dan bisnis berbeda jauh sekali dalam banyak hal. Ada gap yang lebar antara keduanya. Tidak mungkin menggunakan pendekatan yang biasa dilakukan saat melakukan hobi di dunia bisnis, begitu juga sebaliknya.
Oleh karena itu akan perlu ada penyesuaian, perubahan, dan tentunya pengorbanan jika hendak menjadikan hobi sebagai bisnis.
Tidak bisa tidak.
Mau tidak mau.
Suka tidak suka.
Dan, siapkah Anda mengorbankan sebagian hasil dari “hobi” untuk mendapatkan “hasil” materi berupa uang? Itu adalah pertanyaan yang paling penting dalam hal ini. Bagaimanapun, bisnis adalah tentang mengorbankan sesuatu untuk mendapatkan hasil materi.
Pengorbanan apa?
Mungkin 5 pertanyaan ini bisa membantu memberikan gambaran apa saja yang harus dikorbankan untuk mengubah hobi menjadi bisnis.
a) Maukah menukar kesenangan dengan kerja keras?
Santai. Dilakukan seenaknya saja. Itu adalah ciri khas dari sebuah hobi.
Orientasinya memang untuk menghadirkan kesenangan itu dalam diri manusia.
Dan, hal itu harus dikorbankan dan ditukar dengan kerja keras. Tidak lagi bisa dilakukan dengan serampangan dan harus terukur yang merupakan ciri khas dari dunia bisnis.
Tidak ada bisnis yang berhasil tanpa kerja keras, jadi harus ada perubahan sikap dan mentalitas meski sebenarnya apa yang dilakukan sama. Kim Lavine melakukannya dengan menjadi penjual hasil karyanya secara eceran dengan truknya.
b) Maukah menukar kebebasan dengan keterikatan?
Membagikan sebagai hadiah tentunya tidak ada tekanan apa-apa. Suka ya syukur, tidak ya sudah. Juga kapan kita mau menghadiahkannya, ya terserah kita sendiri.
Berbeda dengan dalam dunia bisnis. Pembeli tidak bisa menunggu kita mood untuk memberikan barangnya. Mereka memiliki batas, meski ada toleransinya, dan untuk itu mereka bersedia membayar. Sebagai penjual, mau tidak mau kita harus bisa memenuhi tenggat waktu yang dikehendaki supaya bisnis tetap berjalan.
Sifat bebas terpaksa harus hilang ketika hobi beralih menjadi bisnis.
c) Uang tidak perlu dipikirkan vs harus selalu berpikir tentang uang, mana yang menang?
Dalam hobi, uang tidak pernah menjadi tujuan. Orientasinya adalah kesenangan. Bahkan, tidak jarang berapapun uang yang harus dikeluarkan menjadi tidak masalah selama yang melakukan merasa senang.
Berbeda dalam bisnis.
Hal ini tidak bisa dilakukan.
Segala sesuatunya harus dihitung dengan uang. Berapa uang yang masuk? Berapa uang yang keluar? Berapa kemungkinan uang yang akan dihasilkan kalau produknya terjual?
Perhitungan harus dilakukan secara ketat dan terencana. Memang begitulah orientasi dari bisnis apapun, uang adalah orientasi utamanya, dan bukan kesenanangan
d) Apakah saya punya kemampuan untuk menghadapinya? Bisakah menghadapi tekanan?
Tidak ada resiko dalam hobi. Gagal atau tidak, bukan sebuah masalah. Tidak ada tekanan sama sekali. Hal paling buruk adalah rasa kesal kalau gagal melakukannya.
Tidak lebih.
Berbeda dengan dalam bisnis. Kegagalan akan berujung pada kehilangan uang, yang tentunya tidak akan pernah menyenangkan dan bisa membuat bukan hanya lebih bete, tetapi juga lebih miskin.
Tekanan itu juga akan hadir dalam banyak hal lain, seperti ketika pembeli atau pengguna jasa tidak puas, order hanya sedikit, harga pasar terlalu rendah, dan masih banyak lagi.
Hal itu tidak terhindarkan karena karakter dunia bisnis adalah tekanan yang pasti hadir dari segala sisi.
Mampukah kita berpindah dari sisi dunia tanpa tekanan ke dunia yang tidak terpisahkan dari tekanan itu sendiri.
Maukah?
Itu pertanyaannya.
Pasti tidak mudah mengambil keputusan. Tetapi……
Sebenarnya tidak terlalu buruk dan semenakutkan yang dikatakan teori. Masih banyak sisi positif dan kesenangan yang bisa didapat dari mengubah hobi menjadi bisnis, seperti
- kita tetap melakukan hal yang kita sukai, misalkan kita hobi memasak, maka ketika membuka rumah makan, tetap saja kita melakukan hal yang kita sukai, yaitu memasak. Hanya tujuannya yang berbeda
- kesenangan “murni” sebuah hobi akan “hilang”, tetapi bukankah akan tergantikan dengan rasa senang saat melihat rekening uang di bank kita semakin gendut. Kesenangan ditukar kesenanan dalam bentuk yang berbeda
- kebebasan tidak hilang, hanya ditunda dan dipindahkan waktunya. Kalau uang sudah semakin banyak terkumpul, bukankah kita bisa menyewa orang lain dan kemudian membebaskan diri dari kungkungan rutinitas bisnis. Hanya beda waktunya saja.
Tidak semua yang terkait dengan hobi akan hilang. Meski banyak yang mengkhawatirkan demikian, akan tetap ada sebagian unsur hobi yang tetap melekat ketika dijadikan bisnis.
Tidak hilang sama sekali.
Apalagi, kalau kita bisa mengkompromikan segala sesuatunya. Akan selalu ada titik tengah antara dua titik. Dan, hal itu berlaku dalam hal ini juga. Kita bisa menentukan mana titik kompromi antara hobi dan bisnis.
Semua tergantung pada diri kita.
Hobi Seperti Apa Yang Bisa Diubah Menjadi Bisnis?
Coba ambil contoh kecil saja memancing. Sebuah hobi yang pelakunya mirip orang malas karena tidak banyak bergerak dan hanya diam menunggu.
Mungkinkah bisa dibangun sebuah bisnis dari hal seperti ini?
Bagaimana dengan yang di bawah ini, segala sesuatunya terkait dengan memancing, seperti
- membuka toko alat pancing online
- membuka kursus memancing
- membuat blog tentang memancing
- menjual umpan untuk memancing (di laut atau di sungai)
- membuka kolam pemancingan
Seorang pemancing pasti punya pengetahuan tentang segala hal yang seperti ini dan tahu bahwa jumlah pemancing itu banyak sekali di dunia. Lalu, mengapa tidak memanfaatkan apa yang ada untuk menghasilkan uang?
Jangan tanya bisnis apa yang bisa lahir dari seorang yang gemar memasak? Lebih tidak terhitung lagi.
Dalam dunia bisnis, segala sesuatu bisa dijadikan lahan untuk menghasilkan uang. Selama ada pembeli/pengguna, disana ada kesempatan untuk mengeruk keuntungan.
Yang diperlukan adalah kreatifitas dan kemauan untuk menemukan apa yang dibutuhkan.
Seorang yang hobi tanaman hias bisa menjual anakan tanaman miliknya, atau menjual pupuk buatan sendiri. Seorang yang mahir berbahasa Inggris bisa menjadi guru privat atau mendirikan kursus bahasa Inggris. Seorang yang mahir bermain tenis bisa membuka les tenis.
Semua mungkin untuk dijadikan bisnis.
Om Kicau adalah nama sebuah blog Indonesia yang membahas satu hal saja, segala sesuatu tentang burung. Itu saja. Tidak ada yang lain. Pengunjungnya banyak sekali dan pemiliknya memanfaatkannya untuk menjual berbagai hal terkait dengan perawatan burung atau berbagai jenis burung.
Jadi, jika pertanyaannya adalah hobi apa yang bisa diubah menjadi bisnis, maka jawabnnya adalah semua hobi bisa.
Masalahnya hanya satu ” Maukah Anda?”.
Saya mau, dan karena hobi saya menulis, maka saya akan coba ubah menjadi sebuah lahan bisnis dan bisa menghasilkan uang untuk saya. Hal itu sedang berjalan dan memang ternyata, walau harus bekerja keras, tetap ada kesenangan saat melakukannya. Dan, yang pasti ada kesenangan lain saat menerima uang yang diproduksi dari kegiatan yang dulu 100% hobi itu.
Bagaimana dengan Anda?
Maukah?